PENDAHULUAN
Pendidikan adalah elemen penting dalam proses tumbuh
besar dan kematangan seseorang yang dapat melahirkan generasi berguna serta
berakhlak mulia. Oleh itu, sistem pendidikan yang mantap penting untuk
menerapkan semua nilai murni dalam diri individu (http://aferiza.
wordpress. Com /2009/06/10/ memahami- isu-isu-pendidikan-islam-di-malaysia).
Implementasi sistem pendidikan
Islam diberbagai negara yang berpenduduk muslim mempunyai corak serta sistem
yang satu dengan yang lainnya terkadang terdapat perbedaan. Di negara yang
mayoritas penduduknya beragam Islam berbeda nuansanya dengan negara yang
relatif berimbang antara setiap pemeluknya, misalnya negara tersebut memiliki
pluralitas agama, dominasi penguasa atau”political will” juga amat
berpengaruh terhadap kebijaksanaan hukum suatu negara. Karenanya implementasi
hukum Islam di negara-negara muslim bukan hanya terletak pada seberapa banyak
penganut Islam tetapi juga ditentukan oleh sistem yang dikembangkan oleh negara
tersebut (Amrullah Ahmad 1999. 2-3).
Ajaran Islam pada hakekatya
terdiri dari dua ajaran pokok. Pertama ajaran Islam yang bersifat absolut dan
permanen. Kedua ajaran Islam yang bersifat relatif dan tidak permanen, dapat
berubah dan diubah-ubah. Termasuk kelompok kedua ini adalah ajaran Islam yang
dihasilkan melalui proses ijtihad. Hal ini menunjukkan terbukanya
peluang tentang kemungkinan mengadakan perubahan dan pembaharuan ajaran Islam
yang bersifat relatif, termasuk dalam bidang hukum (Fathurrahman Djamil 1997,
hal. 43).
Hukum Islam dalam pengertian
inilah yang memberi kemungkinan epistimologi bahwa setiap wilayah yang dihuni
umat Islam dapat menerapkan hukum secara berbeda-beda. Kenyataan ini tercermin
pada kecenderungan sistem hukum di negara-negara muslim dewasa ini. Hal ini
bukan saja karena sistem politik yang dianut, melainkan juga oleh faktor
sejarah, sosiologi dan kultur dari masin-masing negara tersebut (Amir
Mu’allim dan Yusdani 1999, hal 2-3).
Dapat dipahami bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi bagaimana bentuk dari realisasi pendidik Islam. sudah
dapat dicerna bahwa perbedaan dalam suatu negara pasti ada, walaupun bentuk
perbedaan itu ada yang mencolok perbedaanya ada yang hampir tidak kelihatan.
PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA ,
MALAYSIA DAN SINGAPURA
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
A. Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai-nilai yang
dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat. Proses pemindahan nilai itu
dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah, pertama, melalui
pengajaran, yaitu proses pemindahan nilai berupa (ilmu) pengetahuan dari
seorang guru kepada murid atau murid-muridnya dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Kedua, melalui pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan
seseorang melakukan pekerjaan tertentu untuk memperoleh keterampilan
mengerjakan pekerjaan tersebut. Ketiga, melalui indoktrinasi yang
diselenggarakan agar orang meniru atau mengikuti saja apa yang diajarkan orang
lain tanpa mengizinkan si penerima tersebut mempertanyakan nilai-nilai yang
diajarkan atau yang dipindahkan itu.
Ketiga proses pendidikan itu terdapat dan sering berjalan
bersamaan dalam masyarakat manusia di dunia ini, baik dalam masyarakat
primitif maupun modern. Dan kalau dikaji dengan seksama ternyata bahwa
dipindahkan itu pada umumnya adalah unsur-unsur nilai budaya yang berisi: (1)
akhlak atau etika, (2) keindahan atau estitika, (3) ilmu, dan (4) teknologi.
Pemindahan keempat unsur budaya manusa itu selalu terjadi
dalam sejarah umat manusia. Yang berbeda hanyalah penekanannya. Pada saat
ketika, dalam masyarakat tertentu, yang ditekankan mungkin akhlak dan
keindahan, pada masa yang lain, dalam masyarakat yang lain pula, yang
dikedepankan atau yang diutamakan adalah ilmu dan teknologi seperti pada zaman
kita sekarang ini (Hasan Langgulung, 1979:3-4).
Dalam sistem pendidikan Islam, selain keempat nilai budaya
manusia tersebut, nilai-nilai yang dipindahkan adalah juga nilai yang berasal
dari Tuhan, yaitu wahyu atau agama, yang oleh Konferensi Pendidikan Islam
sedunia tahun1977 di Mekah dirumuskan dengan ilmu abadi.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh umat manusia selalu
disandarkan pada pandangan hidup atau falsafah yang dianut oleh masyarakat
manusia bersangkutan, karena setiap masyarakat mempunyai falasafah dan
pandangan hidupnya sendiri. Pandangan hidup masyarakat itulah yang memberi arah
ke mana pendidikan akan menuju dan bagaimana cara memindahkan nilai-nilai
tersebut. Pandangan hidup pulalah yang menentukan tujuan pendidikan suatu
masyarakat
Dalam masyarakat sekuler yang berasakan paham sekularisme,
baik sekularisme pragmatis (sekularisme jinak) seperti yang terdapat di Amerika
dan Eropa, maupun sekularisme athies marxis (sekularisme ganas) seperti di Uni
Soviet dan di negara satelitnya (dulu) terpatri pandangan bahwa kebahagiaan
manusia dapat dicapai dengan hanya memperbaiki keadaan ekomoni atau mencukupi
kebutuhan materi yang diperlukan oleh manusia saja.
Oleh karena itu, kemampuan manusia yang hendak dikembangkan
melalui pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kebendaan belaka. Tujuan
pendidikannya pun, karenanya bersifat kebendaan atau materialistis
B. Falsafah dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan sekuler seperti disebutkan di atas memang
sesuai dengan falsafah hidup yang mereka anut, tetapi belum tentu sesuai dengan
falsafah hidup muslim yang menjadi landasan falsafah pendidikan Islam. Falsafah
Pendidikan Islam adalah pandangan manusia muslim tentang proses pemindahan
nilai dan usaha pengembangan bakat dan kemauan manusia untuk dapat menentukan
status, tugas, dan fungsinya di dunia ini dalam menjalankan hidupnya menuju ke
akhirat (kelak)
Bertitik tolak dari pandangan ini, maka yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan
insane yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan
fungsinya di dunia ini dengan selalu memelihara hubungan dengan Allah, dirinya
sendiri, masyarakat, dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa, manusia (termasuk dirinya sendiri) dan lingkungan hidupnya.
Tujuan pendidikan Islam harus sesuai dengan tujuan hidup dan
diarahkan untuk mencapai tujuan hidup muslim yang terangkun dalam do’a yag
selalu dibacanya setiap kali melakukan shalat, yang juga merupakan ikrar kepada
Allah bahwa shalatnya, ibadahnya, hidup dan matinya semata-mata hanya bagi
Allah Tuhan seru sekalian alam. Dengan demikian tujuan hidup seorang muslim
secara vertical adalah keridhaan Allah dan secara horizontal adalah rahmat bagi
alam semesta. Tujuan hidup muslim ini adalah juga tujuan pendidikan Islam yag
dirumuskan kembali oleh empat ratus sarjana dan pemikir muslim yang datang dari
berbagai penjuru dunia dalam Konferensi Pendidikan Islam sedunia di Mekkah
(1977) sebagaimana disebutkan di atas.
Tujuan pendidkan Islam yang selaras dengan tujuan hidup
muslim, seperti dikemukakan tadi, memungkinkan manusia muslim memahami
kedudukannya sebagai hamba Allah, melaksanakan tugas hidupnya untuk beribadah
semata-mata kepada Allah, yakni mengabdi, melaksanakan pengabdiannya hanya
kepada Allah saja, baik dalam arti khusus, maupun luas.
Tujuan pendidikan Islam di atas, diharapkan juga dapat
menumbuhkan dan mengembangkan dalam diri manusia empat rasa tanggung jawab,
yaitu: (1) tanggung jawab kepada Allah, (2) tanggung jawab kepada hati
nuraninya sendiri, (3) tanggung jawab kepada masyarakat, dan (4) tanggung jawab
memelihara semua yang terdapat di langit dan di bumi serta apa yang ada di
antaranya sebagai anugerah Tuhan kepada manusia, termasuk harta yang
dimilikinya untuk kemanfaatan manusia dan alam lingkungan hidupnya.
C. Ciri Khas Sistem Pendidikan Isla
Metodologi Islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan
melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada
yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun segi
rohani, baik kehidupannya secara fisk maupun kehidupannya secara mental dan
segala kegiatannya di bumi.
Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas
dasar apa yang terdapat dalam dirinnya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah
kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apa pun
selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya.
Bila orang dapat melihat sarana-sarana yang dimiliki oleh
Islam dalam melakukan pendidikan, maka ia akan kagum melihat kecermatan luar
biasa yang dilakukan Islam dalam menangani eksistensi manusia. Kecermatannya
dalam menggarap setiap unsure dengan tepat, bagaikan disiapkan begitu rupa
sehingga sempurna dan tidak ada bandingannya.
Islam adalah agama fitrah, oleh karena itu tidak ada satu
system pun yang bisa mendekato kodrat itu seperti dilakukan Islam atau
menghasilkan sesuatu setelah dibinanya dan didudukkannya di tempat yang tepat sperti
yang di hasilkan Islam.
Islam tidak hanya member konsumsi yang tepat kepada setiap
segi manusa, tetapi juga member takaran bagia-bagian yang tepat, tidak lebih
dan tidak kurang. Dengan demikian, setelah masing-masing meneriama bagiannya
secara tepat dan takarannya yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin,
produktif, dan gesit selama hayatnya.
D. Sistem Pendidikan di Indonesi
Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan
Islam dilaksanakan secara informal. Agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh
para pedagang muslim. Sambil berdagang mereka menyiarkan agama Islam kepada
orang-orang yang mengelilinginya yaitu mereka yang membeli barang-barang
dagangannya. Begitulah setiap ada kesempatan mereka memberikan pendidikan dan
ajaran Islam.
Didikan dan ajaran Islam mereka berikan dengan perbuatan,
dengan contoh dan tiru teladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah tamah, tulus
ikhlas, amanah dan kepercayaan, pengasih dan pemurah, jujur dan adil, menepati
janji serta menghormati adat istiadat anak negeri. Dengan demikian tertariklah
penduduk negeri hendak memeluk agama Islam
Begitulah para pengajar agama Islam pada waktu itu
melaksanakan penyiaran Islam kapan saja, dimana saja dan siapa saja setiap ada
kesempatan, di pinggir kali sambil menunggu perahu yang akan mengangkut barang
ke seberang, di perjamuan, di padang rumput, di pasar, di warung kopi dan
sebagainya. Disitulah agama Islam diajarkan dan didikkan kepada mereka dengan cata
yang mudah dan dengan demikian orang akan dengan mudah pula menerima dan
melakukannya.
Proses ini berlanjut terus dan hubungan antara para
penganjur agama dengan anak negeri semakin erat sehingga memungkinkan
terbentuknya ukhuwah yang lebih mantap, dan dengan jalan perkawinan dapatlah
menurunkan generasi Islam yang mendatang.
Pendidikan dan pengajaran Islam secara formal ini ternyata
membawa hasil yang sangat baik sekali dan bahkan menakjubkan, karena dengan
berangsur-angsur tersiarlah agama Islam di seluruh kepulauan Indonesia, mulai
Sabang sampai Maluku.
Adapun
faktor-faktor mengapa agama Islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh
Indonesia pada waktu itu adalah sebagai berikut :
a. Agama Islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah dituruti oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja.
b. Sedikit tugas dan kewajiban dalam Islam.
c. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan berangsur-angsur, sedikit demi sedikit.
d. Penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
e. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai kegolongan atas dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang maksudnya: berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
a. Agama Islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah dituruti oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja.
b. Sedikit tugas dan kewajiban dalam Islam.
c. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan berangsur-angsur, sedikit demi sedikit.
d. Penyiaran Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
e. Penyiaran Islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai kegolongan atas dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang maksudnya: berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
Sistem pendidikan Islam informal ini, terutama yang berjalan
dalam lingkungan keluargasudah di akui keampuhannya dalam menanam sendi-sendi
agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak
kecil dalam keluarganya. Mereka dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
dengan didahului membaca basmallah. Mereka dilatih membaca Al-Qur’an, melakukan
salat dengan berjama’ah, berpuasa di bula Ramadhan dan lain-lain.
Usaha-usaha pendidikanagama di masyarakat yang kelak dikenal
dengan pendidikan non-fornal, ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat
baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan Islam dan memberi motivasi yang
kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik
dan lebih sempurna.
Karena dengan cepatnya Islam tersebar di seluruh Indonesia
dan karena mudahnya orang masuk Islam, maka banyak sekali orang tua yang tidak
memiliki ilmu agama Islam yang cukup untuk mendidika anak-anak mereka. Justru
itulah anak-anak mereka suruh pergi ke langgar atau surau untuk mengaji kepada
seorang guru ngaji atau guru agama. Bahkan di masyarakat yang kuat agamanya ada
suatu tradisi yang mewajibkan anak-anak yang sudah berumur 7 tahun meninggalkan
rumah dan ibunya dan tinggal di surau atau langgar untuk mengaji pada guru
agama.
Memang, dalam bentuk yang permulaan, pendidikan agama Islam
di surau atau langgar atau masjid masih sangat sederhana. Modal pokok yang
mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah mempunyai ilmu
agama dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak. Yang penting bagi guru agama
ialah dapat memberikan ilmunya kepada siapa saja, terutama pada anak-anak
Di pusat-pusat pendidikan seperti ini, di surau, langgar,
masjid atau bahkan di serambi rumah sang gur, berkumpul sejumlah murid, besar
dan kecil, duduk di lantai, menghadapi sang guru, belajar mengaji. Waktu
mengajar biasanya diberikan pada waktu petang atau malam hari, sebab pada waktu
siangnya anak-anak membantu orang tuanya bekerja, sedangkan sang guru juga
bekerja mencari nafkah keluarganya sendiri. Dengan demikian pelaksanaan
pendidikan agama pada anak-anak ini tidak menggangu pekerjaan sehari-hari, baik
bagi orangtua anak-anak maupun bagi sang guru agama. Itulah sebabnya, pelajaran
agama dan latihan beragama itu mendapat dukungan dari orang tua dan guru
malahan dari seluruh masyaral kampung atau desa itu.
Tempat-tempat pendidikan Islam seperti inilah yang menjadi
embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren dan pendidikan Islam
yang formal yang berbentuk madrasah atau sekolah yang bersandar keagamaan
Pondok pesantren ini tumbuh sebagai perwujudan dari strategi
umat Islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap pengaruh penjajahan
Barat dan akibat surau atau langgar atau masjid tempat diselenggarakannya
pendidikan agama ini tidak lagi dapat menampung jumlah anak-anak yang ingin
mengaji. Di samping itu juga didorong oleh keinginan untuk lebih
mengingtensifkan pendidikan agama pada anak-anak. Maka sang guru dengan bantuan
masyarakat memperluas bangunan disekitar surau, langgar atau masjid untuk
tempat mengaji dan sekaligus sebagai asrama bagi anak-anak. Dengan begitu
anak-anak tak perlu bolak-balik pulang ke rumah orangtua mereka. Anak-anak
menetap tinggal bersama sang guru di tempat tersebut. Tempat mengaji seperti
ini disebut Pondok Pesantren
Sesuai dengan namanya, maka pondok berarti tempat menginap (
asrama ), dan pesantren berarti tempat para santri mengaji agama Islam. Jadi
Pondok Pesantren adalah tempat murid-murid (disebut santri) mengaji agama Islam
dan sekaligus di asramakan di tempat itu.
Murid-muridnya yang tinggal di pondok pesantren itu
bermacam-macam sebagai satu keluarga di bawah pimpinan gurunya. Mereka belajar
hidup sendiri, mencuci sendiri dan mengurus hal ikhwalnya sendiri. Bahan-bahan
keperluan hidup seperti beras dan sebagainya mereka bawa dari kampung sendiri.
Sistem pindidikan pada pondok pesantren ini masih sama
seperti sistem pendidikan di surau, langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan
dalam waktu yang lebih lama.
Di pondok pesantren, murid-murid, besar dan kecil duduk
melingkar (halakah) mengelilingi sang guru. Mereka menerima pelajaran yang
sama. Tiada dirancangkan sebuah kurikulum tertentu berdasarkan umur, lama
belajar atau tingkat pengetahuan. Terserahlah kepada murid untuk memilih bidang
pengetahuan apa yang akan mereka pelajari dan pada tingkat pelajaran mana
mereka ingin memulai.
Seorang murid yang baru masuk di pondok pesantren, tidak
secara langsung belajar pada sang gur di pondok pesantren itu, kecuali bila dia
memang telah sanggup. Biasanya murid baru, belajar lebih dahulu pada asisten
sang guru tersebut, yaitu seorang pelajar yang telah jauh kajiannya, yang
disebut guru bantu atau badal. Bila murid telah dapat membaca dan dapat
memahami ala kadarnya kitab, barulah dia menyertai kelompok yang langsung
mengaji pada sang guru pesantren tersebut.
Usaha untuk menyelenggarakan pendidikan Islam menurut
rencana yang teratur sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1476 dengan
berdirinya Bayangkara Islah di Bintara Demak yang ternyata merupakan organisasi
pendidikan Islam yang pertama di Indonesia. Dalam rencana kerja dari Bayangkara
Islah disebutkan antara lain:
a)
Tanah Jawa-Madura dibagi atas beberapa bagian untuk lapangan pekerjaan bagi
pendidikan dan pengajaran. Pimpinan pekerjaan di tiap-tiap bagin dikepalai oleh
seorang wali dan seorang pembantu (badal)
b) Para wali dan para badal, selain harus pandai dalam ilmu agama, harus pula memelihara budi pekerti diri sendiri dan berakhlak mulia, supaya menjadi suri teladan bagi masyarakat sekelilingnya.
c) Supaya mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat maka didikan dan ajaran Islam harus diberikan dengan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat itu asal tidak menyalahi hukum syara’
d) Di Bintara harus segera didirikan sebuah masjid agung untuk menjadi sumber ilmu dan pusat kegiatan usaha pendidikan dan pengajaran Islam.
b) Para wali dan para badal, selain harus pandai dalam ilmu agama, harus pula memelihara budi pekerti diri sendiri dan berakhlak mulia, supaya menjadi suri teladan bagi masyarakat sekelilingnya.
c) Supaya mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat maka didikan dan ajaran Islam harus diberikan dengan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat itu asal tidak menyalahi hukum syara’
d) Di Bintara harus segera didirikan sebuah masjid agung untuk menjadi sumber ilmu dan pusat kegiatan usaha pendidikan dan pengajaran Islam.
Sistem pendidikan agama Islam mengalami perubahan sejalan
dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan di Indonesia. Sejalan dengan
itu pemerintahan jajahan (bBelanda ) mulai mengenalkan sistem pendidikan formal
yang lebih sistematis dan teratur yang mulai menarik kaum muslimin untuk
memasukinya. Oleh karena itu sistem pendidikan Islam di surau, langgar atau
masjid atau tempat lain yang semacamnya, di pandang sudah tidak memadai lagi
dan perlu di perbaharui dan disempurnakan.
Realisasi dari keinginan-keinginan itu di perkuat adanya
kenyataan bahwa penyelenggaraan pendidikan menurut sistem sekolah seperti
sistem Barat akan memberi hasil yang lebih baik. Justru itulah mulai diadakan
usaha-usaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada. Pendidikan
Islam di surau, langgar, masjid atau tempat-tempat lainnya yang semacamnya
disempurnakan menjadi madrasah pondok pesantren atau lembaga-lembaga pendidikan
yang berdasarkan keagamaan.
Demikianlah sistem pendidikan formal, sekolah atau madrasah,
mulai tersebar di mana-mana, bahkan di kalangan pondok pesantren sudah
diterapkan pula sistem sekolah atau madrasah ini, di samping sistem pendidikan
dan pengajaran pondok pesantren yang sudah ada.
Dalam perkembangannya sitem madrasah ini dibedakan menjadi dua macam yaitu madrasah yang khusus memberi pendidikan dan pengajaran agama disebut Madrasah Diniyah, dan madrasah di samping memberikan pendidikan dan pengajaran agama juga memberi pelajaran umum. Untuk tingkat dasar disebut Madrasah Ibtida’iyah, untuk tingkat menengah pertama disebut Madrasah Tsanawiyah dan untuk tingkat menengah atas disebut Madrasah Aliyah.
Sejalan dengan makin meningkatnya akan kebutuhan pendidikan dan pengajaran agama Islam, maka muncul pula lembaga-lembaga pendidikan formal yang berdasarkan keagamaan, di mana pendidikan agama merupakan program yang pokok, misalnya SMP Islam, SKP Islam, SPG Islam dan sebagainya.
Dalam perkembangannya sitem madrasah ini dibedakan menjadi dua macam yaitu madrasah yang khusus memberi pendidikan dan pengajaran agama disebut Madrasah Diniyah, dan madrasah di samping memberikan pendidikan dan pengajaran agama juga memberi pelajaran umum. Untuk tingkat dasar disebut Madrasah Ibtida’iyah, untuk tingkat menengah pertama disebut Madrasah Tsanawiyah dan untuk tingkat menengah atas disebut Madrasah Aliyah.
Sejalan dengan makin meningkatnya akan kebutuhan pendidikan dan pengajaran agama Islam, maka muncul pula lembaga-lembaga pendidikan formal yang berdasarkan keagamaan, di mana pendidikan agama merupakan program yang pokok, misalnya SMP Islam, SKP Islam, SPG Islam dan sebagainya.
Demikian pula setelah kita berhasil merebut kemerdekaan dan
kita telah merdeka, pemerintah Indonesiapun sangat memperhatikan tumbuhnya
pendidikan agama Islam. Dalam hal ini Pendidikan agama Islama dijadikan salah
satu bidang studi yang diintregasikan dalam kurikulum sekolah. Dan pada waktu
ini semua lembaga-lembaga pendidikan agama, baik formal, informal dan non
formal berjalan dan berkembang terus, dan khusus mengenai pendidikan agama di
sekolah, MPR menetapkan dalam GBHN bahwa pendidikan agama dimasukkan dalam
kurikulum sekolah sejak dari sekolah dasar sampai Universitas.
Gambaran Singkat Negara Malaysia
Malaysia adalah salah satu negara muslim di kawasan Asia
Tenggara, dengan ibu kota Kuala Lumpur, terletak di semenanjung Malaka serta
sebagian Kalimantan Utara. Luas wilayahnya sekitar 333.647 km² dengan jumlah
penduduk kurang lebih 18.239.000.Mayoritas penduduknya dalah muslim (53 %),
Cina 35 % dan India 10 %. Bahasa resmi adalah bahasa Melayu dan agama Islam
merupakan agama resmi di Malaysia (http:// aferiza.
wordpress. Com/ 2009/06/10/memahami-isu-isu-pendidikan-islam-di-malaysia/).
Malaysia merupakan kerajaan federal yang terdiri dari
tiga belas negara bagian yang meliputi daerah semenanjung Malaka, yakni Johor,
Malak, Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Perak, Trengganu, Kelantan, Penang,
Kedah, dan Perlis yang terletak di Malaysia Barat Dan Malaysia Timur yang
terdiri Sabah dan Serawak yang terletak di Kalimantan bagian utara. Federasi
ini terbentuk pada tanggal 16 September 1963. Kepala negara Malaysia
adalah seorang raja dengan gelar “Yang Dipertuan Agung”. Pemerintahan berada di
tangan Perdana Menteri yang berhak membentuk Kabinet (Rahman Haji 1997, hal.
14).
Jika dilihat dari sejarah, maka kedatangan Islam dan
proses Islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para
pedagang muslim dan muballig dari Arab dan Gujarat. Proses Islamisasi
ini berjalan baik dengan berdirinya kerajaan Islam yang pertama di Semenanjung
Malaka yaitu kerajaan Islam Kalantan (pertengahan abad ke-12) (Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam 1991, hal. 138).
Pada abad ke-15 kerajaan Islam Malaka berdiri
dengan rajanya yang pertama adalah Parameswara Iskandar Syah, yang memeluk
islam pada tahun 1414 M dengan gelar Sultan Muhammad Syah. Kerajaan ini
tercatat sebagai kerajaan pertama di Malaysia yang memiliki undang-undang
tertulis yang disebut dengan “Undang-Undang Malaka”. (Dewan Redaksi Ensiklopedi
Islam 1991, hal. 138).
Sejak tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami
kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwah dan kajian Islam
oleh kaum intelektual(Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam 1991, hal. 139).
Malaysia merupakan salah satu negara yang mempunyai
posisi cukup penting di dunia Islam karena kiprah keislamannya. Berbagai proses
Islamisasi di negeri jiran ini tentu tidak terjadi begitu saja,
melainkan didahului oleh pencarian dan pergulatan yang panjang, meskipun
penduduknya tidak sebanyak penduduk di Indonesia. Namun demikian Malaysia
telah tampil di pentas dunia internasional dengan nuansa serta simbol Islam
yang begitu melekat, termasuk dalam kebijakan perundang-undangan banyak
diwarnai oleh jiwa keislaman (Sudirman 1993, hal. 65).
Malaysia menyuguhkan suatu pengalaman Islami yang unik.
Malaysia adalah sebuah masyarakat multietnik dan multiagama, namun mempunyai
kekuatan politik dan budaya yang dominan. Sejak priode awal, Islam mempunyai
ikatan erat dengan politik dan masyarakat. Islam merupakan sumber legitimasi
bagi para Sultan yang memengang peran sebagai pemimpin agama, pembela iman, dan
pelindung hukum Islam, sekaligus pendidikan dan nilai-nilai adat (Rahman Astuti
1999, hal.166).
Malaysia adalah sebuah negara dengan bendera nasional
bergambar bulan sabit dan bintang, dengan konstitusi yang menyatakan Islam
sebagai agama resmi, dengan Perdana Menteri yang memberi perioritas
tertinggi untuk menyatukan kaum muslim, dengan pemerintahan yang semua
menteri utamanya beragama Islam, dan dengan idologi nasional yang
ditegaskan oleh pemerintah bahwa merupakan tugas suci setiap warga negara untuk
membela dan mendukung” konsitusi yang menjamin kedudukan istimewa bangsa Melayu,
peranan Sultan, dan penetapan Islam sebagai agama resmi (Rahman Astuti 1999,
hal.198).
Sedikit dapat diketahui bagaimana posisi agama Islam di
Malaysia, walaupun terdiri dari berbagai etnis dan suku bangsa yang bercampur
baur. Tetapi Malaysia mampu menjadikan Islam menjadi agama yang resmi, dan
bahkan hampir yang kelihatan dari malaysia adalah kentalnya nuansa
keislamannya. Meskipun Malaysia dianggap sebagai sebuah negara muslim yang
menyatakan Islam sebagai agama resmi, namun sesungguhnya ia adalah sebuah
negara pluralitas yang sekelompok minoritas penting penduduknya adalah non
muslim.
Pendidikan Islam di Malaysia
Bahasa Melayu dan bahasa Inggris
merupakan mata pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah
awam di Malaysia terbagi kepada dua jenis, iaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah
Jenis Kebangsaan. Kurikulum di kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama.
Perbedaan antara dua jenis sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil
atau bahasa Mandarin digunakan sebagai bahasa
pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan. (Omar Farouk 1993, hal. 289).
Sekolah pondok, madrasah
dan sekolah agama Islam
lain merupakan bentuk sekolah asal di Malaysia. Sekolah-sekolah sedemikian
masih wujud di Malaysia tetapi bukan sebahagian daripada pelajaran kanak-kanak
di kawasan bandar. Pelajar di kawasan luar bandar masih belajar di
sekolah-sekolah ini. Oleh sebab keputusan pelajaran di sekolah-sekolah ini
tidak diterima oleh kebanyakan universiti di Malaysia, kebanyakan pelajar ini
perlu melanjutkan pelajaran ke kawasan seperti Pakistan atau Mesir (Omar Farouk
1993, hal. 292).
Sistem pendidikan di Malaysia yang banyak dipengaruhi
oleh model Inggris (Eropa pada umumnya) yang mementingkan aspek pemahaman dan
analisis
(http://grelovejogja.wordpress.com/2008/09/13/pendidikan-malaysia-lebih-hebat-dari-indonesia/).
.
Implementasi Sistem Pendidikan Islam Malaysia
Pendidikan yang berdasarkan Islam haruslah mampu
mengimbangi apa yang diharapkan para orang tua. Pendidikan berdasarkan ajaran
Islam merupakan pendidikan yang baik tanpa membebankan orang tua dan mampu
mencetak insan kamil.
Diantara beberapa hal usulan yang dirumuskan di dalam
(Disadur dari hasil tulisan pakar sakit puan Malaysia wjim@pd.jaring.my .webmaster @jim. org.my) untuk model pendidikan
prasekolah berdasarkan Islam di Malaysia ialah:
1.
Pengajaran
dari sudut kejiwaan anak-anak; pendidikan prasekolah perlu meletakkan penilaian
khusus dan keutamaan terhadap perubahan sikap, tingkah laku dan adab anak-anak.
Penilaian yang dibuat oleh pengajar tidak harus sekadar melihat sama kemampuan
anak-anak didiknya, tetapi yang utama adalah tidak melakukan
pembedaan-pembedaan antara satu dengan lainnya, pun pembedaan sebab jenis
kelamin. Dengan demikian anak dapat menunjukkan ‘perubahan’ sikap dan adab
seorang yang toleran, seorang yang berani, peramah, positif dan mampu
menunjukkan semangat bekerjasama.
2.
Mendidik orang
tua menjadi pendidik yang berkesan; hal ini dipandang perlu karena justru orang
tualah “motor” pertama dalam sebuah pendidikan di keluarga. Dari sini pula
pencitraan dibentuk. Pencitraan tentang peran masing-masing individu yang
biasanya akan mulai teridentifikasi pertama kali oleh jeniskelaminnya.
3. Meningkatkan mutu pendidik;
yaitu dengan memartabatkan sistem latihan yang menyeluruh untuk menjadi guru
‘profesional’ . Dengan itu, guru diharapkan dapat mempunyai pemikiran mantap
mengenai pandangan dunia pendidikan Islam dan cara pengendalian pendidikan
prasekolah yang terkini dan profesional.
Dalam
masyarakat majemuk seperti di Malaysia ini, setiap etnik dan kelompok agama
mempunyai sistem pendidikan yang unik bagi mempertahankan identitas dan nilai
masing-masing. Islam sepatutnya dapat diketengahkan sebagai satu unsur penting
yang menjamin kesejahteraan, kesetaraan dan perpaduan dalam masyarakat seperti
ini.
Tiga
rahasia keberhasilan pendidikan di Malaysia dalam Supriyoko ( Edisi. 13
Desember 2000) yaitu;
1.
Mau belajar
dari negara-negara lain yang lebih dulu maju
2.
Mau
mengalokasi anggaran pendidikan dalam jumlah yang cukup memadai
3.
Serta membuat
perencanaan jangka panjang yang sistematis dan dijalankan secara konsekuen.
Pemimpin negara Malaysia
meyakini hanya dengan pendidikan yang bermutu maka bangsa Malaysia bisa menjadi
bangsa yang terhormat di mata bangsa-bangsa yang lainnya. Dan secara konsekuen
mereka menjalankan perencanaan jangka panjang yang telah disusun dan
diputuskannya. Menghilangkan Arogansi Kinerja pendidikan di Malaysia yang
sangat memadai tersebut terbukti telah membawa kemajuan yang sangat berarti
bagi bangsa Malaysia; dan dalam banyak hal telah meninggalkan kita yang dulu
pernah dianggap sebagai gurunya.
Dari tatanan aplikasi pemerintah malaysia menyediakan
sarana dan prasarana belajar yang sangat baik. Baik dari segi sumber ilmu yang
berasal dari buku-buku dengan cara menyediakan perpustakaan yang lengkap maupun
beasiswa yang diberikan kepada orang yang masih belajar.
Menurut Al-Kattani (2009, hal. 164) ada beberapa hal yang
menjadikan belajar dimalaysia menarik, diantaranya adalah:
1.
Fasilitas
perpustakaan yang cukup memadai. Buku-buku dan jurnal Islam yang diperlukan
dalam kajian keislaman baik yang berbahasa Arab, Inggris, Melayu dan laiin
sangat representatif.
2.
Bantuan
keuangan dari unuversistas yang diberikan kepada para mahasiswa yang sedang
menyelesaikan penelitian tesis dan disertasi.
3.
Pemanfaatan
ICT secara optimal dalam setiap proses administrasi dan kegiatan belajar
mengajar. Fasilitas ini membuat urusan menjadi mudah, singka, dan efisien.
4.
Biaya
perkuliahan relatif murah dengan fasilitas yang sangat memadai.
5.
Universitas-universitas
malaysia sering mengadakan seminar baik skala nasional maupun internasiona.
Dapat dipahami banyak sekali faktor pendukung yang sarana
dan menciptakan pendidikan di Malaysia menjadi menarik dan bermutu.
Dengan adanya pendukung yang sudah memadai ini akan menjadi pendidikan Islam
secara otomatis terimplementasi dengan baik.
Gambaran Singkat Negara Singapura
Wajah Islam di negeri singa ini tak jauh beda dengan
wajah di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktik ibadah
maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Sedikit banyak, hal ini mungkin
dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu resmi
pisah dari induknya, Malaysia, pada 1965. Tetapi, sebenarnya agama yang dianut
hampir 1,5 milyar umat manusia ini telah lama ada dan berkembang di Singapura,
jauh sebelum negeri itu sendiri berdir (http:// www. Muslimsource. com).
Singapura, termasuk negeri yang kaya dan tertib di
kawasan Asia Tenggara. Namun siapa sangka tenyata terdapat 70 mesjid yang
tersebar merata. Jumlah yang lumayan banyak untuk negara sekecil Singapura.
Tidak seperti di Indonesia yang begitu banyak masjid dan mushala sehingga
memudahkan kita untuk sholat berjamaah di mushala terdekat. Jumlah umat Islam
di Singapura kurang lebih 15% dari total penduduknya, yang sekitar 4,5 juta
total jiwa termasuk tenaga kerja asing yang memiliki ijin tinggal, dengan
komposisi etnis terdiri dari 77% keturunan China, 14% keturunan Melayu, 7,6%
keturunan India dan 1,4% lain-lain (http://www.voa-islam.
net/news/ singapore/ 2009/08 /03/607/ voice-of-al-islam-di-singapura-%28 ).
Dalam kehidupan bermasyarakat,
Singapura menganut falsafah “together we make the difference”. Bagi Singapura,
falsafah tersebut dapat dijadikan suatu kekuatan yang dapat mensinergikan semua
unsur masyarakat.
Pengembangan kebudayaan di Singapura
dalam rangka menghadapi kompetisi global dewasa ini adalah dengan menempatkan
kebudayaan sebagai unsur yang sangat penting untuk menigkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan dalam rangka pembentukan karakter bangsa. Kementerian
penerangan dann kebudayaan Singapura dalam hubungan ini mempunyai visi yang
didasarkan pada strategi:
1.
Membangun
landasan yang kuat bagi kegitan pendidikan, kesenian dan kebudayaan
melalui pendidikan yang berkelanjutan.
2.
Melakukan
upaya untuk melahirkan lebih banyak insan-insan budaya yang profesional yang
diakui oleh dunia internasional melalui program-program penemuan bakat, program
beasiswa dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan.
Pendidikan di Singapura mengalami perkembangan pesat.
Kurikulum yang ditetapkan mencakup semua mata pelajaran termasuk pendidikan
moral. Pendidikan moral menjadi fokus penting dalam rangka membentuk masyarkat
Singapura yang bebudaya tinggi dalam hal etika, disiplin dan perilaku sosial
sehari-hari. Pendidikan pula untuk mengembangkan kreativitas anak didik
khususnya dibidang teknologi informasi.
Visi pendidikan yang dianut adalah “First
World Economy, World Class Home” dengan menekankan pentingnya sistem
pendidikan yang berkualitas tinggi.
Para pelajar dan mahasiswa dituntut
tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata tetapi juga mempelajari
cara untuk menciptakan ilmu-ilmu yang baru. Untuk itu, pemerintah telah
menyusun tim yang kuat pada menteri pendidika Singapura dengan mengangkat
menteri muda yang berkualitas.
Usaha-usaha penyempurnaan pendidikan
dilakukan melalui peninjauan kurikulum dan sistem, rekrutmen siswa khususnya di
tingkat universitas, pengembangan teknologi informasi serta pembangunannya
secara holistik.
Singapura bercita-cata universitas terkenal
di dunia diharapkan dapat bekerja sama membuka kampus-kampus cabang di
singapura. Visi dibidang pendidikan buka semata-mata sebagai sarana
pengambangan sumber daya manusia namun juga menjadi sumber keuangan negara.
Kementerian pendidikan Singapura melakukan kerjasama dengann negara-negara
lain, termasuk indonesia (file:/// D:/SEMESTER
%20III/ Dr.%20I smail/abou t_ sosbud _genera l_info.php.htm).
.
Implementasi Sistem Pendidikan Islam Singapura
Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara
modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari
seluruh madrasah Islam sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan Majelis
Ugama Islam Singapura (MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan
ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah
Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff
Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah,
dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul
08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan
non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap
madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung
pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap
madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern.
"Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari,
mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet,"
jelas Mokson Mahori, Lc, guru di madrasah Al Junied Al Islamiyah. Sayangnya,
pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU).
Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada (http://
www.voa-islam. com/news /singapore/ 2009/07/04/114/
islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/).
Manajemen yang sama juga diterapkan dalam pengelolaan
masjid. Tidak seperti yang dipahami selama ini, bahwa masjid hanya sebatas
tempat ibadah mahdhoh an sich (shalat lima waktu dan shalat Jumat). Tetapi,
masid di negeri sekuler ini, benar-benar berfungsi sebagaimana zaman
Rasulullah, sebagai pusat kegiatan Islam (http://www.muslimsource.com).
Saat ini di Singapura terdapat 70 masjid. Selain
tempatnya yang sangat bersih dan indah, juga di ruas kanan dan kiri di setiap
masjid terdapat ruangan-ruangan kelas untuk belajar agama dan kursus
keterampilan. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan setiap siang dan sore
hari. Kegiatan ceramah rohani usai juga diajarkan usai shalat shubuh atau
maghrib (http ://www .muslim source .com).
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer
dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap
masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan
buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di
negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan
pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga
tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri
itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di antaranya adalah: Association
of Muslim Professionals (AMP), Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura (KGMS),
Muslim Converts Association (Darul Arqam), Muhammadiyah, Muslim Missionary
Soceity Singapore (Jamiyah), Council for the Development of Singapore Muslim
Community (MENDAKI), National University Singapore (NUS) Muslim Society,
Perdaus (Persatuan dai dan ulama Singapura), Singapore Religious Teachers
Association (Pergas), Mercy Relief (Center for Humanitarian), International
Assembly of Islamic Studies (IMPIAN), dan Lembaga Pendidikan Alquran Singapura
(LPQS) (http:// www.voa-islam. com/news /singapore/
2009/07/04/114/ islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/).
Seluruh lembaga dan sistem manajemen profesional ini
ditujukan bukan saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang
maju, moderat dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan
meningkatkan citra Islam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat
ini. Model demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat
menjelma dalam kehidupan masyarakat Singapura.
Selain pendidikan agama Islam, siswa juga belajar tentang
subjek umum. Para siswa mempelajari agama Islam sementara mereka juga
mempelajari subjek-subjek non Islam. Madrasah Al Irsyad Al Islamiah di
Singapura menjadi contoh pendidikan Islam yang sejalan dengan dunia modern di
negeri singa tersebut (http://www.muslimsource.com).
Madrasah Al Irsyad Al Islamiah sendiri memiliki total
siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi mengakomodasi
kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu sekolah tiga jam
lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al Irsyad menempati urutan
pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut (http://www.muslimsource.com).
Selain menganut kurikulum modern, institusi pendidikan
Islam tersebut juga memiliki titik utama sebagai Islamic Center dari Dewan
Agama Islam Singapura, dewan penasihat yang memberi masukan kepada pemerintah
perihal urusan menyangkut Muslim (http://ristu-hasriandi
.blogspot. com/2010/07 /madrasah- singapura-berkurikulum-moderen.html).
Kurikulum yang dipakai di Madrasah Al Irsyad Al Islamiah
memadukan materi pendidikan lokal dan internasional bernapas Islam dalam
kegiatan belajar mengajar. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar yang
dominan, baik di dalam kelas maupun di laboratorium komputer, laboratorium ilmu
pengetahuan, maupun perpustakaan (http://bataviase.co.id/node/139089).
Metodologi pembelajaran Singapura dinilai sangat efektif
dan efisien, serta dapat menghasilkan output (luaran) peserta belajar yang
unggul (http://www. primaironline. com/berita/detail.
php?catid= Nusantara&artid =kalbar-adopsi-kurikulum- singapura ).
Perbandingan Sistem Implementasi Pendidikan Islam di Malaysia dan
Singapura.
Sudah dijelaskan bahwa apabila dilihat
perbedaan pendidikan islam di antara dua negara ini tidak begitu banyak
perbedaannya. Walupun ada juga perbedaan dari segi kurikulum, metode, ataupun
orientasi dari pendidikan.
Di Malaysia orientasi untama
pendidikan adalah menciptakan out-put yang bermutu. Untuk menghasilkan
out-put-out-put yang bermutu, Malaysia tidak malu untuk belajar dengan negara
lain bahkan belajar dengan negara kita. Tentu kita masih ingat, sekitar
seperempat abad yang silam banyak guru SD, SLTP, dan SMU dari Indonesia yang
diboyong ke Malaysia. Mereka diminta mengajar Matematika, Kimia, Biologi, Ilmu
Bumi, Fisika, dsb. Secara tidak langsung mereka belajar dari kita; dan para
guru kita pun mengajar dengan penuh semangat karena di samping diberi gaji yang
tinggi dan fasilitas yang lengkap, mereka juga sangat dihormati. Banyak guru
tersebut yang sekarang masih hidup menyatakan bahwa penghormatan yang diterima
dari bangsa Malaysia justru lebih tinggi dari bangsanya sendiri (Supriyoko,
Edisi. 13 Desember 2000).
Di samping guru, banyak juga dosen dan peneliti Indonesia
yang diboyong ke Malaysia. Mereka diminta mengembangkan berba-gai ilmu dan
teknologi dengan merintis berdirinya jurusan dan/atau fakultas baru di
perguruan tinggi; misalnya di Universitas Kebang-saan Malaysia (UKM),
Universitas Putra Malaysia (UPM),Universitas Sains Malaysia (USM), dan
sebagainya. Seperti halnya dengan para guru, para dosen dan peneliti kita pun
merasa amat dihormati oleh mahasiswa, dosen dan masyarakat Malaysia pada
umumnya. Faktor inilah yang menjadi alasan untuk memperpanjang kontrak
(Supriyoko Edisi. 13 Desember 2000).
Pemuda Malaysia banyak dikirim ke Indonesia; khususnya di
UGM Yogyakarta, ITB Bandung, UI Jakarta, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan
perguruan tinggi mapan lainnya. Di samping itu mereka pun juga mengirimkan
pemudanya untuk belajar di Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, dan negara
tujuan pendidikan yang lainnya. Tradisi seperti ini masih dipertahankan hingga
kini. Itulah sebabnya, meskipun jumlah penduduk Malaysia hanya sepersepuluh
penduduk Indonesia tetapi saat ini jumlah mahasiswa Malaysia di AS hampir sama
dengan jumlah mahasiswa Indonesia di AS (Supriyoko Edisi. 13 Desember
2000).
Negara Malaysia mengharapkan dari pendidikan yang sudah
tertata rapi dan dengan fasilitas yang sudah sangat baik mampu mencetak insan
kamil yang mampu bersaing di dunia global tanpa menghilangakan ciri khas
keislaman.
Dari segi kurikulum di Malaysia masih terdapat sistem
kurikulum trdisional. Hal ini dikarenakan di Malaysia banyak terdapat pesantren
dengan sistem pendidikan tradisional, walaupun ada juga yang sudah modern.
Sedangakan di Singapura pendidikan Islam berorientasi
pada pembentukan generasi yang bermoral. Pendidikan moral menjadi fokus penting
dalam rangka membentuk masyarkat Singapura yang bebudaya tinggi dalam hal
etika, disiplin dan perilaku sosial sehari-hari. Pendidikan pula untuk
mengembangkan kreativitas anak didik khususnya dibidang teknologi informasi.
Para pelajar dan mahasiswa dituntut tidak hanya
mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata tetapi juga mempelajari cara untuk
menciptakan ilmu-ilmu yang baru dengan tujuan apabila sudah terbentuk sumber
daya manusia yang baik hal ini menjadi sumber keuangan negara.
Sistem pendidikan islam di singapura moderat dan
progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan citra
Islam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini.
Sedanga kurikulum yang dipakai di Singapura adalah
kurikulum modern yang memadukan pendidikan lokal dan internasional bernapaskan
Islam dalam kegiatan belajar mengajar.
Kesimpulan
Dari uruaian di atas dapat dipahami
bahwa sistem pendidikan Islam Malaysia dan Singapura tidak begitu memiliki
perbedaan hanya saja ada yang masih terdapat sistem pendidikan Islam
trdisional dan ada yang sudah memakai sistem modern secara keseluruhan.
Dilihat dari orientasi pendidikan
walaupun memakai istilah yang bebeda Malaysia dengan istilah membentuk insan
kamil dan Singapura dengan istilah manusia yang bermoral tetapi pada intinya
sama, untuk menciptakan out put yang bermutu, mampu bersaing dengan tetap
memakai keislaman.
REFERENSI
Abdullah,
Abdul Rahman Haji 1997. Pemikiran Islam di Malaysia Sejarah dan Pemikiran.
Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press.
Amir
Mu’allim dan Yusdani 1999. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Cet.
I; Yogyakarta: UI Press.
Amrullah
Ahmad, et.al., Dimensi Hukum Islam dalam Sistim Hukum Nasional (Cet. I;
Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. xi. Lihat juga Amir Mu’allim dan
Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam (Cet. I; Yogyakarta: UI
Press, 1999).
Esposito,
John L. dan John O. Volt Islam and Democracy. Diterjemahkan oleh
Rahman Astuti dengan judul Demokrasi di Nagara-Negara Muslim Problem dan
Prospek. Cet. I; Bandung: Mizan, 1999.
Kerajaan
Malaka merupakan kerajaan Islam terkuat dan berpengaruh besar dalam menyebarkan
Islam di Malaysia, juga ditempatkan sebagai pusat perdagangan dan kubu
keimanan. Lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedia Islam
(Cet. III; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1991).
Nordin,
abu bakar1994. Reformasi Pendidikan dalam Menghadapi Cabaran 2020 Nurin
enterprise Kuala lumpur.
Omar
Farouk 1993. “Penelitian Sosial dan Kebangkitan Islam di Malaysia”, DALAM
Zaiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara Cet.
I; Jakarta: LP3ES.
Sufeyen
hussin, Pendidikan di Malaysia sejarah, sistem dan falsafah, dawama sdn, bhd,
Ampang hulu kelang, 2004.
Supriyoko,
Surat Kabar Harian “KEDAULATAN RAKYAT”, terbit di Yogyakarta, Edisi 13
Desember 2000.
Tebba,
Sudirman 1993. Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara Studi
Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya. Cet. I; Bandung.
Hayyie
Al-Kattani 2009, Abdul dkk, Study in Islamic countries, Gema Insani:
Jakarta.
http://www.primaironline.com/berita/detail.php?catid=Nusantara&artid=kalbar-adopsi-kurikulum-singapura
Komentar
Posting Komentar