Langsung ke konten utama

Peran Guru SD dalam Manajemen Kelas



PERAN GURU SD DALAM MANAJEMEN KELAS


Mahasiswa Kualifikasi Reguler S1

Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah: (1) Mengetahui seberapa besar urgensi manajemen kelas bagi guru SD; (2) Mendeskripsikan peran guru dalam pengaturan kondisi kelas dan fasilitas kelas; (3) Mendeskripsikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas. Metode penulisan makalah ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan didasarkan pada pengamatan, pengalaman dan kajian pustaka dari berbagai sumber informasi. Hasil dan pembahasan dari kajian ini adalah (1) Urgensi manajemen kelas yaitu dapat dilihat dari berbagai ketimpangan dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Kegiatan manajerial mencakup kegiatan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang mendukung seoptimal mungkin terselenggaranya pembelajaran sehingga secara efektif dan efisien mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. (2) Peran guru SD dalam manajemen kelas. Manajemen kelas diperlukan agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan akan tercapai dan memberi kemudahan bagi siswa. Pola tingkah laku guru dalam memenej kelasnya berbeda-beda antara guru satu dengan lainya.

Kata kunci: Guru, SD, Manajemen Kelas

PENDAHULUAN
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis (terjadi pemisahan) antara pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Pendidikan seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek).
Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan ini perlu diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan. Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru membina, memobilisasi, dan menggunakan sumber daya kelas secara optimal, selektif dan efektif untuk menciptakan kondisi atau menyelesaikan problema kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung wajar.
Suatu kondisi belajar optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan dalam mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, yang merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan suasana yang tenang, dan aman sekaligus dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi efektif merupakan faktor yang menentukan ketertiban siswa secara aktif dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya suatu kajian secara khusus tentang peran guru SD dalam manajemen kelas. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengajukan judul “Peran Guru SD dalam Manajemen Kelas”.
Permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana urgensi manajemen kelas bagi guru SD??
2. Bagaimana peran guru dalam manajemen kelas?
3. Bagaimana pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas?
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui seberapa besar urgensi manajemen kelas bagi guru SD.
2. Mendeskripsikan peran guru dalam pengaturan kondisi kelas dan fasilitas kelas.
3. Mendeskripsikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas.

METODE KAJIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan kajian ini adalah: 1) Kajian Pustaka; yang bersumber dari buku sebagai referensi dan internet sebagai sumber informasi; 2) pengamatan: melakukan pengamatan terhadap rancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru SD; 3) pengalaman penulis sebagai mahasiswa yang pernah belajar tentang manajemen kelas sebagai salah satu mata kuliah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Urgensi Manajemen Kelas
Manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat diberikan batasan menurut bagaimana pendekatan pengelolaan yang diselenggarakan sekolah atau lembaga pendidikan tertentu. Akan tetapi di SD-SD umumnya batasan kelas hendaknya memenuhi ketiga persyaratan diatas dengan berbagai fleksibilitas pelaksanaannya. Menurut Abdurahman (1994: 42), kelas meliputi berbagai komponen, antara lain: ruangan, siswa, kegiatan pembelajaran, alat dan media pembelajaran (instrumental), serta segala hal yang berkenaan dengan suasana lingkungan (environmental). Manajemen kelas dipandang dari komponen-komponennya dapat dikelompokkan menjadi pengelolaan kelas yang menyangkut siswa dan penglolaan kelas yang menyangkut non siswa (alat peraga, ruangan, lingkungan kelas). Manajemen kelas merupakan tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana sehingga pembelajaran berjalan optimal mengembangkan potensi murid.
Manajemen kelas (Padmono, 2011: 12) adalah upaya yang dilakukan penanggungjawab kegiatan belajar mengajar agar dicapai kondisi optimal sehingga belajar mengajar berjalan seperti yang diharapkan. Pengelolaan tersebut meliputi penyelenggaraan, pengurusan, dan ketatalaksanaan dalam menyelenggarakan kelasnya. Dengan batasan tersebut, maka batasan lebih bersifat luwes. Kegiatan manajerial mencakup kegiatan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang mendukung seoptimal mungkin terselenggaranya pembelajaran sehingga secara efektif dan efisien mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
Manajemen kelas yang dilakukan guru memiliki beberapa tujuan antara lain:
  1. Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan, mengaktifkan (fisik, emosi, dan mental) murid, langsung, bermakna, sehingga murid bukan sekedar menerima dan menghafal materi, tetapi lebih penting dari pada itu terbentuknya sikap ilmiah.
  2. Untuk memberi kemudahan (fasilitasi)
3. Upaya memantau kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya.
  1. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
Urgensi manajemen kelas pada sekolah dasar dapat dilihat dari berbagai ketimpangan dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Ketimpangan tersebut tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah semua siswa telah memiliki kesempatan sama untuk didorong keberaniannya merumuskan tujuan belajarnya?, memilih tugas belajarnya yang harus dipikulnya selama itu?, apa kegiatan ekstrakurikulernya?; Apakah setiap murid diikutsertakan dalam membantu rekannya?; Apakah setiap murid merasa nyaman duduk dibangku masing-masing?; Apakah setiap murid menunjukkan kebanggaan bila mencapai tujuan belajarnya?; Apakah murid mampu menunjukkan perilaku nyata tanpa indikasi perilaku lain, misalnya senyum?; Apakah murid berkesempatan menyampaikan kritik?; Apakah terdapat pergeseran tempat duduk?; Apakah murid dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban yang berpusat pada pertanyaan?; Apakah kegiatan belajar individu, kelompok merefleksi tujuan pembelajaran. Semua itu memang tugas yang harus diemban sebagai oleh guru sebagai tugas profesionalnya.
B. Peran Guru Sekolah Dasar dalam Manajemen Kelas
Salah satu tugas guru sebagai pendidik di sekolah adalah sebagai menajer. Seorang guru harus mampu memimpin kelasnya agar tercipta pembelajaran yang optimal. Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental in put) berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik. Di sinilah peran guru SD dapat terlihat, adapun peran guru dalam memenej kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
1. Peran guru dalam pengorganisasian kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Kita ketahui pada saat ini penataan kelas secara tradisional yang menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru sebagai pusat kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru sedang murid hanya pasif menerima.
  1. Kelas terbuka
Kelas dapat terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan model ini dapat dilaksanakan di Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas 1 sampai kelas 6 sama atau diterapkan di kelas tinggi saja. Misalnya: pada waktu jam pelajaran Bahasa Indonesia, maka seluruh guru mengajar pelajaran tersebut, sedang siswa masuk ke kelas di mana siswa menguasai tingkatan yang dicapai. Dengan demikian ada siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III, tetapi pada waktu Matematika masuk kelas IV, dan mungkin pada pelajaran IPS ke kelas V. Konsep ini mengikuti perkembangan masing-masing individu.
  1. Kelas dua tingkat
Konsep ini dilaksanakan dengan cara seorang guru menghadapi kelompok siswa yang berbeda kelas tetapi berdekatan, misalnya: kelas I dan II, II dan III, III dan IV, dan seterusnya.
  1. Kelas awal
Pembelajaran dengan pendekatan integral atau terpadu dengan kehidupan anak pada tahap pelaksanaannya menerpadukan berbagai konsep, topic, bahan pelajaran dengan mengurangi sedikit mungkin pemisahan-pemisahan secara artificial, bila dimungkinkan guru tidak melabel bahan kajian dalam mata pelajaran-mata pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi satu model pembelajaran yang utuh sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian menjadi alami. Hal ini terjadi karena anak belajar secara keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih mudah dibanding belajar dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak bermakna.
2. Peran guru dalam pengaturan tempat duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat duduk dapat berbentuk :
a. Seating chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak terganggu. Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar sendiri oleh murid atau sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan penataan tempat duduk secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga setiap kelompok mempu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga sikap menghargai pendapat orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
b. Melingkar
Model duduk seperti ini dapat digunakan guru dalam pembelajaran diskusi kelompok, sehingga ada modifikasi untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
c. Tapal kuda
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas akan meningkatkan keberanian dibanding keberanian yang hanya muncul pada kelompok kecil.
3. Peran guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain: Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas permanen dan tidak permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis, dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen atau yang bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya. Menurut fungsinya; a) alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain; b) alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Alat-alat pelajaran tersebut tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di dalam kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat.
4. Peran guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi adalah indah” merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah. Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu: (a) menata ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis akan merangsang anak untuk tenggelam dalam suasana akademik (Immersion). Anak yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan bermakna, (b) penataan meja guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung tercapainya ruangan yang rapid an indah.
5. Cahaya, Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran. Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru (Suharsimi Arikunto, 1989: 77). Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas. Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema suara. Untuk itu disamping membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah atau kelas berpengaruh terhadap siswa. Pemilihan warna sering tidak melibatkan guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri tidak betah tinggal di kelasnya.
C. Pola Tingkah Laku Guru dalam Pengelolaan Kelas
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah muncul istilah guru, meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai upaya peningkatan secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu memperoleh sorotan: guru, siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya. Memperhatikan peranan guru, berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78). Pertama, kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia dan manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan yang unik pula. Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin terlibatnya unsure lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi pembelajaran secara utuh.
Kedua, kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A mengajar ceria dipagi hari, akan tetapi berubah ketika mengajar di siang hari. Terkadang guru kaku dan keras, tetapi dilain waktu cukup toleran dan demokratis. Latar belakang psikologis sesaat sangat berpengarh terhadap aksi guru di dalam kelas. Latar belakang psikologis tersebut tergantung pada: hari, tanggal, jam, suasana, dan lain-lain.
Ketiga, kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik. Seorang guru dari rumah berangkat dengan suasana hati yang gembira, sampai di kantor bertemu kepala sekolah dan rekan guru semakin menunjang rasa gembiranya, akan tetapi ketika sampai di kelas bertemu dengan kelompok siswa yang saat itu kurang bergairah, ramai, dan bertingkah laku masing-masing, keceriaan yang seharusnya menambah semangat guru dalam mengajar dapat berubah total karena kelompok siswa yang akan diajar kurang mendukung.
Keempat, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru menguasai kurikulum. Kemampuan guru berbeda dalam menterjemahkan kurikulum tingkat kelas. Ada guru yang mengajar secara urut mengikuti kurikulum, ada yang mengikuti buku, ada yang membuat perencanaan, dan tidak jarang yang mengajar sesuai dorongan saat itu. Kondisi demikian jelas akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Kelima, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar. Kemampuan guru menterjemahkan kurikulum, penguasaan substansi materi, akan menentukan pemilihan metode mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non teknis.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen kelas merupakan tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana sehingga pembelajaran berjalan optimal mengembangkan potensi murid. Manajemen kelas diperlukan agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan akan tercapai dan memberi kemudahan bagi siswa.
2. Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Peran guru dalam memenej keduanya memiliki strategi yaitu: pengorganisasian kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pelajaran, pemeliharaan keindahan ruangan kelas, pemeliharaan kebersihan kelas, dan lain-lain.
3. Terdapat 5 pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan meliputi kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru; kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi; kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik; kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru menguasai kurikulum; dan kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar

DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. (1994). Pengelolaan Pengajaran. Ujungpandang: Bintang Selatan.
Arikunto, S. (1989). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Padmono, Y. (2011). Manajemen Kelas. Salatiga: Widyasari.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Satori, D. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.
Wibowo, T. (2012). Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas dalam (http://matadunia13.blogspot.com/2012/03/peran-guru-dalam-pengelolaan-kelas_15.html.teguh). Diakses pada 10 Juni 2012.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PRINSIP PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN

MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN II TENTANG PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN OLEH : KELOMPOK 3 HERRU ARRIZA YENNIS DOSEN : DRS.H.AHMAD SABRI, M.PD KUALIFIKASI REGULER S1 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TERBIYAH IAIN IB PADANG 2012 I.                    PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan dikatakan sebagai salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri manusia serta proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan s

tugas dan tanggung jawab supervisor

I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarkat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat. Sekolah merupakan lembaga formal sesuai dengan misinya yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan lancar jika komponen-komponen dalam lembaga ini terpenuhi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen-komponen tersebut antara lain: sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga pendidikan yang kualified, adanya struktur organisasi yang teratur, dan yang tak kalah pentingnya adalah supervisi pendidikan itu sendiri. Peran supervisor dalam suatu lembaga pendidikan, harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru disekolah dan juga untuk mem

MAKALAH PERBANDINGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN D MALAYSIA

PENDAHULUAN Pendidikan adalah elemen penting dalam proses tumbuh besar dan kematangan seseorang yang dapat melahirkan generasi berguna serta berakhlak mulia. Oleh itu, sistem pendidikan yang mantap penting untuk menerapkan semua nilai murni dalam diri individu ( http://aferiza . wordpress. Com /2009/06/10/ memahami- isu-isu-pendidikan-islam-di-malaysia). Implementasi sistem pendidikan Islam diberbagai negara yang berpenduduk muslim mempunyai corak serta sistem yang satu dengan yang lainnya terkadang terdapat perbedaan. Di negara yang mayoritas penduduknya beragam Islam berbeda nuansanya dengan negara yang relatif berimbang antara setiap pemeluknya, misalnya negara tersebut memiliki pluralitas agama, dominasi penguasa atau ”political will” juga amat berpengaruh terhadap kebijaksanaan hukum suatu negara. Karenanya implementasi hukum Islam di negara-negara muslim bukan hanya terletak pada seberapa banyak penganut Islam tetapi juga ditentukan oleh sistem yang dikembangkan oleh