PERAN GURU SD DALAM MANAJEMEN KELAS
Mahasiswa Kualifikasi Reguler S1
Abstrak
Tujuan
penulisan artikel ini adalah: (1) Mengetahui seberapa besar urgensi manajemen
kelas bagi guru SD; (2) Mendeskripsikan peran guru dalam pengaturan kondisi kelas
dan fasilitas kelas; (3) Mendeskripsikan pola tingkah laku guru dalam
pengelolaan kelas. Metode penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan didasarkan pada pengamatan, pengalaman dan kajian pustaka
dari berbagai sumber informasi. Hasil dan pembahasan dari kajian ini adalah (1)
Urgensi manajemen kelas yaitu dapat dilihat dari berbagai ketimpangan dalam
pendidikan dan proses belajar mengajar. Kegiatan manajerial mencakup kegiatan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang mendukung seoptimal mungkin
terselenggaranya pembelajaran sehingga secara efektif dan efisien mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran. (2) Peran guru SD dalam manajemen kelas.
Manajemen kelas diperlukan agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara
maksimal sehingga tujuan akan tercapai dan memberi kemudahan bagi siswa. Pola
tingkah laku guru dalam memenej kelasnya berbeda-beda antara guru satu
dengan lainya.
Kata kunci: Guru, SD, Manajemen Kelas
PENDAHULUAN
Undang-undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selama ini pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan
dikotomis (terjadi pemisahan) antara pendidikan yang berorientasi iman dan
takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Pendidikan
seperti ini tidak memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang
sangat dinamis. Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan
mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan
takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek).
Usaha meningkatkan mutu pendidikan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan
ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka
diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan
gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar
mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik,
mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan
kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peranan guru
dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan
mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola
kelas. Karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek
dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan ini perlu diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Pengelolaan kelas adalah semua upaya dan tindakan guru membina,
memobilisasi, dan menggunakan sumber daya kelas secara optimal, selektif dan
efektif untuk menciptakan kondisi atau menyelesaikan problema kelas agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung wajar.
Suatu kondisi belajar optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan dalam mencapai tujuan
pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan
antara siswa dengan siswa, yang merupakan syarat keberhasilan pengelolaan
kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat mutlak bagi terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian siswa dapat belajar
dengan suasana yang tenang, dan aman sekaligus dapat membangkitkan minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan belajar siswa. Jadi efektif merupakan faktor yang menentukan
ketertiban siswa secara aktif dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu adanya suatu kajian secara khusus tentang peran guru SD dalam manajemen
kelas. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengajukan judul “Peran Guru SD
dalam Manajemen Kelas”.
Permasalahan dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana
urgensi manajemen kelas bagi guru SD??
2. Bagaimana
peran guru dalam manajemen kelas?
3. Bagaimana
pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas?
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui
seberapa besar urgensi manajemen kelas bagi guru SD.
2. Mendeskripsikan
peran guru dalam pengaturan kondisi kelas dan fasilitas kelas.
3. Mendeskripsikan
pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas.
METODE KAJIAN
Metode yang digunakan dalam
penulisan kajian ini adalah: 1) Kajian Pustaka; yang bersumber dari buku
sebagai referensi dan internet sebagai sumber informasi; 2) pengamatan:
melakukan pengamatan terhadap rancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru-guru SD; 3) pengalaman penulis sebagai mahasiswa yang
pernah belajar tentang manajemen kelas sebagai salah satu mata kuliah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Urgensi
Manajemen Kelas
Manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat diberikan batasan menurut
bagaimana pendekatan pengelolaan yang diselenggarakan sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu. Akan tetapi di SD-SD umumnya batasan kelas hendaknya
memenuhi ketiga persyaratan diatas dengan berbagai fleksibilitas pelaksanaannya.
Menurut Abdurahman (1994: 42), kelas meliputi berbagai komponen, antara lain:
ruangan, siswa, kegiatan pembelajaran, alat dan media pembelajaran (instrumental),
serta segala hal yang berkenaan dengan suasana lingkungan (environmental).
Manajemen kelas dipandang dari komponen-komponennya dapat dikelompokkan menjadi
pengelolaan kelas yang menyangkut siswa dan penglolaan kelas yang menyangkut
non siswa (alat peraga, ruangan, lingkungan kelas). Manajemen kelas merupakan
tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana
sehingga pembelajaran berjalan optimal mengembangkan potensi murid.
Manajemen kelas (Padmono, 2011: 12) adalah upaya yang dilakukan
penanggungjawab kegiatan belajar mengajar agar dicapai kondisi optimal sehingga
belajar mengajar berjalan seperti yang diharapkan. Pengelolaan tersebut
meliputi penyelenggaraan, pengurusan, dan ketatalaksanaan dalam
menyelenggarakan kelasnya. Dengan batasan tersebut, maka batasan lebih bersifat
luwes. Kegiatan manajerial mencakup kegiatan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi yang mendukung seoptimal mungkin terselenggaranya pembelajaran sehingga
secara efektif dan efisien mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.
Manajemen kelas yang dilakukan guru memiliki beberapa tujuan antara lain:
- Agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas mendorong terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan, mengaktifkan (fisik, emosi, dan mental) murid, langsung, bermakna, sehingga murid bukan sekedar menerima dan menghafal materi, tetapi lebih penting dari pada itu terbentuknya sikap ilmiah.
- Untuk memberi kemudahan (fasilitasi)
3. Upaya
memantau kemajuan peserta didik dalam proses pembelajarannya.
- Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.
Urgensi manajemen kelas pada sekolah dasar dapat dilihat dari berbagai
ketimpangan dalam pendidikan dan proses belajar mengajar. Ketimpangan tersebut
tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Apakah semua siswa telah
memiliki kesempatan sama untuk didorong keberaniannya merumuskan tujuan
belajarnya?, memilih tugas belajarnya yang harus dipikulnya selama itu?, apa
kegiatan ekstrakurikulernya?; Apakah setiap murid diikutsertakan dalam membantu
rekannya?; Apakah setiap murid merasa nyaman duduk dibangku masing-masing?;
Apakah setiap murid menunjukkan kebanggaan bila mencapai tujuan belajarnya?;
Apakah murid mampu menunjukkan perilaku nyata tanpa indikasi perilaku lain,
misalnya senyum?; Apakah murid berkesempatan menyampaikan kritik?; Apakah
terdapat pergeseran tempat duduk?; Apakah murid dapat menjawab pertanyaan
dengan jawaban yang berpusat pada pertanyaan?; Apakah kegiatan belajar
individu, kelompok merefleksi tujuan pembelajaran. Semua itu memang tugas yang
harus diemban sebagai oleh guru sebagai tugas profesionalnya.
B. Peran Guru
Sekolah Dasar dalam Manajemen Kelas
Salah satu tugas guru sebagai pendidik di sekolah adalah sebagai menajer.
Seorang guru harus mampu memimpin kelasnya agar tercipta pembelajaran yang
optimal. Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental
in put) berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental
in put) kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar.
Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik. Di
sinilah peran guru SD dapat terlihat, adapun peran guru dalam memenej
kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
1. Peran guru
dalam pengorganisasian kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang
kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya
organisasi kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar
ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Kita ketahui pada saat ini penataan
kelas secara tradisional yang menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja
kursi siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru
sebagai pusat kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek
pengajaran bukan sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar
dilakukan guru sedang murid hanya pasif menerima.
- Kelas terbuka
Kelas dapat
terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat kelas berbeda. Pelaksanaan model ini
dapat dilaksanakan di Indonesia, jika jadwal pelajaran kelas 1 sampai kelas 6
sama atau diterapkan di kelas tinggi saja. Misalnya: pada waktu jam pelajaran
Bahasa Indonesia, maka seluruh guru mengajar pelajaran tersebut, sedang siswa
masuk ke kelas di mana siswa menguasai tingkatan yang dicapai. Dengan demikian
ada siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masuk kelas III, tetapi pada
waktu Matematika masuk kelas IV, dan mungkin pada pelajaran IPS ke kelas V.
Konsep ini mengikuti perkembangan masing-masing individu.
- Kelas dua tingkat
Konsep ini
dilaksanakan dengan cara seorang guru menghadapi kelompok siswa yang berbeda
kelas tetapi berdekatan, misalnya: kelas I dan II, II dan III, III dan IV, dan
seterusnya.
- Kelas awal
Pembelajaran
dengan pendekatan integral atau terpadu dengan kehidupan anak pada tahap
pelaksanaannya menerpadukan berbagai konsep, topic, bahan pelajaran dengan
mengurangi sedikit mungkin pemisahan-pemisahan secara artificial, bila
dimungkinkan guru tidak melabel bahan kajian dalam mata pelajaran-mata
pelajaran. Pembelajaran dikemas menjadi satu model pembelajaran yang utuh
sehingga pemaknaan terhadap bahan kajian menjadi alami. Hal ini terjadi karena
anak belajar secara keseluruhan dalam hubungan dengan kehidupan akan lebih
mudah dibanding belajar dengan pemisahan-pemisahan secara artifisial yang tak
bermakna.
2. Peran guru
dalam pengaturan tempat duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata
fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru.
Penataan tempat duduk dapat berbentuk :
a. Seating
chart
Penempatan
murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode waktu tertentu
dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru,
sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak terganggu. Penataan tempat
duduk yang didesain dalam chart dapat digambar sendiri oleh murid atau
sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan penataan tempat duduk
secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh buruknya. Penataan dan
gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga setiap kelompok mempu menuangkan
idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga sikap menghargai
pendapat orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
b. Melingkar
Model duduk
seperti ini dapat digunakan guru dalam pembelajaran diskusi kelompok, sehingga
ada modifikasi untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
c. Tapal kuda
Model ini
sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua
diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas akan meningkatkan keberanian
dibanding keberanian yang hanya muncul pada kelompok kecil.
3. Peran guru
dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara
lain: Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas permanen dan tidak
permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara
terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis, dan sebagainya. Alat pelajaran
tidak permanen atau yang bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang
dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya.
Menurut fungsinya; a) alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan
lain-lain; b) alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Alat-alat pelajaran tersebut tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi
cukup diatur di dalam kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat.
4. Peran guru
dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi adalah indah” merupakan
hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan
walaupun derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman
dan membuat anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan
mengundang anak untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan
keindahannya. Guru memiliki peran untuk mengorganisir siswanya agar dapat
mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah. Keindahan dapat dicapai dengan
beberapa cara, yaitu: (a) menata ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat
pelajaran sesuai kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan
kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan.
Desain interior yang harmonis akan merangsang anak untuk tenggelam dalam
suasana akademik (Immersion). Anak yang tenggelam dalam lautan ilmu
pengetahuan akan mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan
bermakna, (b) penataan meja guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung
tercapainya ruangan yang rapid an indah.
5. Cahaya,
Ventilasi, Akustik dan Warna
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran.
Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga
kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru (Suharsimi
Arikunto, 1989: 77). Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran
udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas. Guru sering
kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta
kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu
memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema
suara. Untuk itu disamping membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara,
maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping
memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah
atau kelas berpengaruh terhadap siswa. Pemilihan warna sering tidak melibatkan
guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri tidak betah tinggal di
kelasnya.
C. Pola Tingkah
Laku Guru dalam Pengelolaan Kelas
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah muncul istilah guru,
meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai upaya peningkatan
hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai upaya peningkatan
secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu memperoleh sorotan: guru,
siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya. Memperhatikan peranan guru,
berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78). Pertama, kualitas
pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia dan
manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri.
Dengan adanya keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan
yang unik pula. Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin
terlibatnya unsure lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi
pembelajaran secara utuh.
Kedua, kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran
tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A
mengajar ceria dipagi hari, akan tetapi berubah ketika mengajar di siang hari.
Terkadang guru kaku dan keras, tetapi dilain waktu cukup toleran dan
demokratis. Latar belakang psikologis sesaat sangat berpengarh terhadap aksi
guru di dalam kelas. Latar belakang psikologis tersebut tergantung pada: hari,
tanggal, jam, suasana, dan lain-lain.
Ketiga, kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik. Seorang guru
dari rumah berangkat dengan suasana hati yang gembira, sampai di kantor bertemu
kepala sekolah dan rekan guru semakin menunjang rasa gembiranya, akan tetapi
ketika sampai di kelas bertemu dengan kelompok siswa yang saat itu kurang
bergairah, ramai, dan bertingkah laku masing-masing, keceriaan yang seharusnya
menambah semangat guru dalam mengajar dapat berubah total karena kelompok siswa
yang akan diajar kurang mendukung.
Keempat, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru
menguasai kurikulum. Kemampuan guru berbeda dalam menterjemahkan kurikulum
tingkat kelas. Ada guru yang mengajar secara urut mengikuti kurikulum, ada yang
mengikuti buku, ada yang membuat perencanaan, dan tidak jarang yang mengajar
sesuai dorongan saat itu. Kondisi demikian jelas akan mempengaruhi kualitas
pembelajaran.
Kelima, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar.
Kemampuan guru menterjemahkan kurikulum, penguasaan substansi materi, akan
menentukan pemilihan metode mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor non teknis.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Manajemen
kelas merupakan tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara
suasana sehingga pembelajaran berjalan optimal mengembangkan potensi murid.
Manajemen kelas diperlukan agar proses belajar mengajar dapat dilakukan secara
maksimal sehingga tujuan akan tercapai dan memberi kemudahan bagi siswa.
2. Fasilitas
dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Peran guru dalam memenej keduanya memiliki strategi yaitu:
pengorganisasian kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pelajaran, pemeliharaan keindahan ruangan kelas, pemeliharaan kebersihan kelas,
dan lain-lain.
3. Terdapat 5
pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu
pendidikan meliputi kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru;
kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi; kualitas pembelajaran
bervariasi tergantung subjek didik; kualitas pembelajaran tergantung kemampuan
guru menguasai kurikulum; dan kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru
memilih metode mengajar
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman. (1994). Pengelolaan Pengajaran. Ujungpandang:
Bintang Selatan.
Arikunto, S. (1989). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Padmono, Y. (2011). Manajemen Kelas. Salatiga:
Widyasari.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Satori, D. (2008). Profesi Keguruan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003.
Wibowo, T. (2012). Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas dalam (http://matadunia13.blogspot.com/2012/03/peran-guru-dalam-pengelolaan-kelas_15.html.teguh).
Diakses pada 10 Juni 2012.
Komentar
Posting Komentar